Babad Mangkubumi ini merupakan lanjutan dari buku Babad Nitik Ngayogya. Buku tersebut menceritakan peristiwa pemisahan Kangjeng Pangeran Mangkubumi dari kerajaan Surakarta, perlawanan terhadap Surakarta dan pemerintah Hindia Belanda, sampai akhirnya bertahta sebagai Kangjeng Sultan Hamengkubuwono I di Yogyakarta.
membahas unsur-unsur puisi, puisi jawa modern, puisi jawa baru bukan tembang, puisi jawa baru bertembang, puisi jawa tengahan (kidung), puisi jawa kuna (kakawin)
Buku ini berisi keterangan-keterangan yang baku mengenai kata/istilah dalam pemakaian bahasa Jawa.
Buku ini membahas mengenai asal-usul konsep jawa tentang mancapat yang dibahas secara teoritis.
Buku ini berisi tulisan mengenai sejarah, ajaran, pengabdian , dan pengetahuan Ki Padmosusastro terhadap Sastra Jawa di Surakarta (dengan bahasa Jawa).
Berisi tentang sejarah berdrinya padepokan Agung MandalagiriSrandil dan paguyuban Cahya buwana.
Buku itu berisi kumpulan lima belas naskah drama dan dua puluh lima feature berbahasa Jawa karya para siswa SLTA se-Kabupaten Bantul yang diselenggarakan oleh Balai Bahasa Yogyakarta. Para peserta dalam menghasilkan tulisan mengemukakan kreativitas sehingga isinya cukup menarik untuk dibaca. Antologi itu dilengkapi pula makalah sebagai materi ajar oleh tutor.
Buku ini menunjukan bahwa sengkalan mengandung makna yang jauh lebih dalam dari sekedar angka tahun.
menceritakan perkembangan sastra tulis jawa
tentang seluk beluk sekar macapat terutama mengenai unsur-unsur pembentukannya. terdapat juga pola persajakan tembang macapat, bahasa, dan tembang-tembang