Buku Teks
Bathi sanak
Memayu anak piatu. Ia tinggal di Desa Truntum di selatan Pasar Prawirotama. Memayu diasuh Mbah Temu yang pekerjaannya buruh géndong barang belanja di pasar. Di Yogyakarta pekerjaan tersebut dinamai burun géndong. Walaupun kakinya pincang, Memayu tidak merasa kurang. Memayu bersyukur dan merasa beruntung masih bisa berjalan. Hanya satu yang membuat hatinya kesal, Santo, yang suka menjahilinya. Pada bulan puasa, Memayu berjualan makanan buka puasa. Setelah berjualan, ia pergi kemusala. Sial, pada hari itu sepulang tarawih, Santo menjegal Memayu. Memayu jatuh dan menangis. Kruk patah, kaki sakit, paha bengkak, mukena tersangkut pagar bambu.
Tidak tersedia versi lain