Buku ini berisi tujuh cerita, yaitu: 1) Waso, 2) Woiram, 3) Irimiami dan Isoray, 4) Bidan Bayi, 5) Caadara, 6) Maaruma dan Wangan Nei, 7) Mamle.
Buku ini berisi sembilan cerita, yaitu: 1) Doyan Nada, 2) Paman Ta Kear-Kear, 3) Kodok dan Kera, 4) Cilinaya, 5) Harimau dan Gagak, 6) Sandubaya dan Lala Seruni, 7) Bangau dan Musang, 8) Monyeh, 9) Ki Rangga.
Buku ini merupakan sebuah novel yang ditulis pada akhir dekade kedua abad XX, yang merekam suara / semangat zaman kala itu , bergerak mencari bentuk-bentuk ekspresi bagi kesadaran, gagasan, dan sikap politik yang baru ketika menghadapi kenyataan di Hindia Belanda yang juga mereka rasakan bergerak.
Novel ini menceritakan masalah adat yang berlaku di Minangkabau dan masalah harta yang menghalangi hubungan cinta kasih antara Zainuddin dan Hayati.
Masalah utama novel ini adalah hubungan lelaki dan perempuan, mengisahkan kehidupan Anwar (seorang pemuda) yang miskin dan demi mencukupi kebutuhannya (makan dan kuliah), ia rela menjadi kekasih dari seorang ibu-ibu (ibu Toto, teman Anwar.
Novel ini adalah sebuah novel sosial yang ceritanya sangat menarik, unik dan menyentuh hati, mengisahkan perjalanan hidup seorang ibu (Raminten) yang mempunyai 13 orang anak (12 anak diasuh orang lain dan 1 anak diasuh sendiri). Keduabelas anaknya menjadi orang sukses (dokter, pengusaha, dan lain-lain), hanya seorang saja yang menjadi penjahat (yang diasuh sendiri).
Novel ini mengisahkan kehidupan masa kecil Si aku yang sangat menarik di tengah-tengah keluarga, masyarakat, dan adat istiadat.