Makalah ini mendeskripsikan makna dan fungsi mitos yang terkandung dalam sastra beratib, yang merupakan tradisi masyarakat Palembang di Sumatera Selatan dalam pesta perkawinan.
Serat Centhini Latin jilid 2 memuat 87 pupuh, mulai pupuh 88 sampai pupuh 174 berisi Mas Cebolang, Jiyarah ing pasareyan Lawet, di Mataram mendapatkan bermacam-macam pengajaran, antara lain, tatacara dan upacara pengantin, Menghadiri resepsi pengantin.
Isi buku ini menceritakan dan menggambarkan tata cara menurut adat tentang bagaimana seorang pemuda berkunjung ke rumah seorang pemudi (masa perkenalan) yang harus dilaksanakan pada malam hari, dan bagaimana tata cara orang tua kedua belah pihak mengadakan komunikasi dan konsultasi apabila kedua anaknya ingin berumah tangga.
Isi buku ini menceritakan dan menggambarkan tata cara menurut adat tentang bagaimana seorang pemuda berkunjung ke rumah seorang pemudi (masa perkenalan) yang harus dilaksanakan hanya pada malam hari, dan bagaimana tata cara orang tua kedua belah pihak mengadakan konsultasi dan komunikasi apabila kedua anaknya ingin berumah tangga.
Buku ini berisi seluk beluk perkawinan yang lengkap dengan tata cara, macam, dan hukum perkawinan yang berlaku di daerah Gayo pada waktu silam.
Naskah itu berisikan tentang perkawinan
Berisi urutan pelaksanaan pernikahan dari penyerahan calon pengantin, pelaksanaan ikrar/ijab qobul, kirab pengantin, panggih sampai berbagai tata cara yang semuanya mengandung makna tertentu.
Siraman merupakan upacara simbolis yang melambangkan penyucian diri sebelum kedua calon mempelai memasuki babak baru dalam kehidupan mereka. Proses siraman dilaksanakan setelah lamaran dari keluarga calon mempelai pria diterima oleh keluarga calon mempelai wanita dan dilaksanakan satu hari menjelang pernikahan atau sebelum upacara malam midodareni.
buku ini menceritakan keutamaan tata cara pernikahan bagi wanita.
Buku ini berisi kumpulan puisi (52 buah) karya Bambang J.P.