Makalah ini mengidentifikasi folklor sebagian lisan menggunakan definisi folklor yang dikemukakan oleh Dananjaya. Melalui definisi tersebut, peneliti meraba folklor sebagian lisan di Banyumas melalui bentuk-bentuk yang beragam seperti kesenian tradisional,upacara adat, dan dolanan bocah.
Makalah ini mendeskripsikan makna dan fungsi mitos yang terkandung dalam sastra beratib, yang merupakan tradisi masyarakat Palembang di Sumatera Selatan dalam pesta perkawinan.
Makalah ini merumuskan dua hal yang dibahas didalamnya, yaitu nilai yang terkandung dalam Cende dan aktualisasinya.
Makalah ini mengidentifikasi kearifan lokal yang terdapat dalam tradisi lisan Dang Idang. Selain itu, peneliti juga mengindentifikasi aktualisasi tradisi lisan Dang Idang yang menurutnya dapat menjadi inspirasi bagi manusia dalam menjalani kehidupan di dunia.
Penelitian ini menggunakan metode analisis teks dengan pendekatan hermeneutik untuk menganalisis teks mistik Martabat Tujuh tersebut.""
Makalah ini membahas folklor yang bentuknya murni lisan dari Banyumas. Folklor lisan yang diuraikan dalam makalah ini meliputi dialek ngapak, ungkapan tradisional, dan cerita prosa rakyat yang juga merupakan bagian kebudayaan Banyumas yang berkearifan lokal.
Makalah ini memaparkan nilai-nilai budaya Jawa yang terdapat dalam sepuluh novel (fiksi) Indonesia yang menokohkan perempuan Jawa. Nilai-nilai tersebut disampaikan melalui tembang, nasihat, dan ungkapan-ungkapan. Kesepuluh novel tersebut adalah Ronggeng Dukuh Paruk, Lintang, Jentera Bianglala, Canting, Romo Rahadi, Para Priyayi, Pada Sebuah Kapal, Sri Sumarah, dan Bawuh.
Makalah ini membahas sastra sebagai wahana pendidikan karakter yang efektif.
Makalah ini membicarakan bentuk-bentuk metafora dalam novel Layla Majnun, jenis metafora, asal penciptaan metafora, dan beberapa kesimpulan lainnya.
Makalah ini membahas konsep relasi kuasa budaya terjajah dan penjajah dalam novel Ca Bau Kan, yang menurut peneliti mengalami perubahan makna.