Novel ini mengisahkan suka duka keluarga Samirin dalam perjuangannya di daerah transmigrasi di Kalimantan Selatan.
Novel ini mengisahkan perjuangan tokoh Bu Suci (seorang guru) dalam membimbing muridnya (Waskito) yang sering membolos, sering membuat onar, dan sebagainya sampai menjadi siswa yang baik.
Novel ini adalah novel ketiga Trilogi Gadis Tangsi. Dengan mengambil seting paruh terakhir pendudukan Jepang yang seumur jagung, dikisahkan gadis Teyi yang berhasil membangun kerajaan Raminem sebagai lumbung padi. Dikisahkan pula bagaimana akhirnya Teyi menemui kekasihnya, seorang pangeran Jawa, di Surakarta Hadiningrat.
Novel ini mengambil tema sentral pencarian serta pergulatan hati dan spiritual seluruh tokohnya. Seluruh tokoh dalam novel ini (antagonis,naif, dan kecil sekalipun) adalah manusia-manusia yang jujur terhadap hati nuraninya. Seluruh tokohnya adalah manusia yang tengah bermetamorfosis menuju puncak pencapaian masing-masing.
Dengan novel ini, Titis Basino mengajak para pembaca untuk berenang menentang arus. Ada sedikit mistis dan juga informasi ilmiah. Cinta tanpa seks adalah kemewahan tersendiri.
Dengan novel ini, Titis Basino mengajak para pembaca untuk berenang menentang arus. Ada sedikit mistis dan juga informasi ilmiah. Cinta tanpa seks adalah kemewahan tersendiri.