Pentas wayang harus ditangkap, melalui tokoh-tokohnya, sebagai yang sedang memperlihatkan berbagai karakter dan moralitas atau kewajibannya sebagai manusia dalam pentasnya di dunia ini. Dengan tema tulisan diharapkan, para dalang, pekerja wayang yang lain dan para pendemen mendapatkan kekayaan atau tambahan wacana bahwa wayang itu sungguh-sungguh merupakan bayangan-bayangan manusia.
Buku ini memuat teks wayang wong yang seluruhnya menggunakan bahasa Jawa pedalangan
Berisi tokoh wayang dan arti penting sosiologis dan psikologisnya pada masing-masing tokoh wayang.
Pelungan wayang Jawa Timuran merupakan salah satu ciri khas konvensi pedalangan wayang kulit ragam etnik JawaTimur. Pelungan merupakan suluk, berbentuk syair, berisi doa yang dinyanyikan pada awal pertunjukan dengan iringan gending Gandakusuma. Isi pelungan berupa ekspresi simbolik jati diri ki dalang, religiositas ki dalang, simbol nonverbal tentang jagad raya, wayang sebagai ekspresi. Pelunga…
Dalam buku itu diuraikan kosmologi Jawa dalam bingkai simbolisme pewayangan, yaitu semar yang menjelma Sang Hyang Ismoyo, seorang dewa yang menjaga keselarasan alam dengan menegakkan prinsip-prinsip kebenaran dan keadilan.
Berisi tentang jenis-jenis wayang serta pola pementasannya
Buku ini berisi tentang wayang mengenai Tripama, Satria Pinandita,dan Sastra Jendra
Buku ini merupakan kelengkapan dari "Biografi Wayang Purwa", yang kemudian dilanjutkan dengan uraian yang lebih lengkap, antara lain, nama-nama lain toko wayang yang dilengkapi dengan istri-istrinya, tempat tinggalnya, perwatakan dan kepribadian, silsilah, peran dalam berbagai lakon, dan lain sebagainya.
Pada hakekatnya wayang mengajarkan kepada kita untuk mengekang hawa nafsu, instropeksi diri, tidak berlebihan, juga tentang hukum karma, wayang juga menggambarkan dan mendambakan kehidupan yang adil makmur dan bertaqwa kepada Tuhan, juga mendemonstrasikan ajaran moral mana yang baik dan mana yang buruk.