Buku bercerita mulai dari cerita seorang raja yang mula-mula tidak mempunyai anak, putri tujuh turun mandi dari kayangan hingga seorang putri yang hendak direbut oleh raja lain.
Merupakan kisah lanjutan dari Hikayat Banta Amat Ngon Nahuda Seukeuem 1
Cerita ini bersumber dari suatu roman klasik dari aceh berjudul Hikayat Putroe Gumbak Meuh yang terdiri dari 3729 bait. Dalam buku ini dibagi menjadi 11 judul.""
Diawali dengan terjadinya peperangan antara pasukan Kramawanda melawan pasukan Beureuma Diwa. Dengan dipimpin delapan orang raja, pasukan Cut Diwa Akah menggempur Kramawanda. Kramawanda tewas. Akhir cerita, Cut Diwa Akah diangkat menjadi raja Martagangsa dengan gelar Mangindra Diraja menggantikan ayahnya Diwa Laksana.
Merupakan dongeng dengan berbagai peranan makhluk halus. Cut Diwa Akah digambarkan sebagai seorang tokoh yang dapat menundukkan segala raja bangsa jin dan manusia. Setelah beberapa lama mengembara, ia pulang ke negeri orang tuanya di Martagangsa. Ia dapat mempersatukan kembali ayah dan ibunya yang sekian lama berpisah akibat perbuatan jahat jin wanita bernama Diwa Seundari.
Buku tersebut berisi ringkasan hikayat Nabi Ibrahim berbahasa Indonesia dan alih aksara hikayat dalam bentuk seperti tembang.
Menceritakan negeri Bagdad yang diperintah oleh Raja Baren Nasi yang mempunyai dua orang anak, Bangta Sulotan dan Baren Miga yang lebih dikenal dengan nama Putri Baren, keduanya memiliki beberapa kelebihan. Ketika dua puteranya menginjak dewasa, permaisuri minta izin untuk pergi bertapa. Tujuh tahun kemudian permaisuri meninggal dalam pertapaannya. Setelah empat puluh empat hari meninggalnya pe…
Hikayat Ranto menggambarkan kehidupan para petani lada di Aceh Barat, yang pada masa itu disebut Ranto. Mereka terdiri dari para perantau dari kampung halaman lain. Sedangkan Hikayat Teungku di Meukek menggambarkan perlawanan rakyat di daerah Meulaboh yang digerakkan oleh seorang peminpin agama terhadap hulubalang yang didukung oleh Belanda.