Buku ini merupaan naskah Melayu bertulisan Arab dan tidak mempunyai tanda baca. Silsilah kerajaan Bima atau lazim disebut dengan Mbo sebagian besar memuat silsilah dari orang-orang Bima.
Buku ini berisi hasil alih aksara dari sastra lama yang berisi beberapa cerita pendek yang di dalamnya Meudeuhak berperan sebagai hakim yang dapat memutuskan perkara dengan tepat.
Buku itu memuat tujuh cerita yang berdiri sendiri menjadi ceriya utuh. Judul-judul tersebut, yaitu, Penobatan Nata Dewi Kencanawungu, Guguenya Ranggalawe, Gunjaran, Gugurnya Menak Jingga, Penobatan Damarwulan menjadi Raja, Serangan Raja Wandam ke Majapahit, dan Panji Wulung Menyerang Majapahit.
Dalam buku itu diceritakan Ratu Majapahit dalam keadaan susah menghadapi pemberontakan Adipati Blambang. Usaha untuk memadamkan pemberontakan tidak berhasil, lalu ia menerima petunjuk dewa untuk mencari orang yang bernama Damarwulan, yang akan dapat mengalahkan Adipati Blambangan.
Buku ini berisi hasil alih aksara dari sastra lama yang mengisahkan perjalanan hidup pitra kembar Raja Indra yaitu Banta Syahpari dan Indra Bangsawan.
Buku ini berisi hasil alih aksara dari sastra lama yang mengisahkan perjalanan hidup Tajul Muluk (putra Raja Zainul Muluk) dari negeri Syarikatan yang menurut ahli nujum kelak akan menjadi raja besar dan ayahnya akan buta bila melihat dia; merupakan lanjutan dari Tajul Muluk I.""
Buku ini berisi hasil alih aksara dari sastra lama yang mengisahkan perjalanan hidup Tajul Muluk (putra Raja Zainul Muluk) dari negeri Syarikatan yang menurut ahli nujum kelak akan menjadi raja besar dan ayahnya akan buta bila melihat dia.""
Buku ini berisi hasil alih aksara dari sastra lama yang mengisahkan perlawanan Cut Ali melawan Belanda.
Buku ini berisi hasil alih aksara dari sastra lama yang mengisahkan perlawanan rakyat Aceh dalam melawan Belanda.
Buku bercerita mulai dari cerita seorang raja yang mula-mula tidak mempunyai anak, putri tujuh turun mandi dari kayangan hingga seorang putri yang hendak direbut oleh raja lain.