Buku Serat Ijmaking Jamal (dan Swaraning Asonyo) ini berisi translitersi Serat Ijmaking Jamal dan transliterasi naskah Swaraning Asonyo itu terdiri dari 60 pupuh, tetapi dalam buku tahap pertama ini baru berisi 17 pupuh ditambah dengan alih aksara dari naskah Swaraning Asonya. Pada bagian pertama dimulai dengan Dhandhanggula pada halaman 1, kemudian pada gatra pertama [K.2] Kang murahing dunya …
Buku ini berisi 60 pupuh, tetapi dalam tahap satu baru dikerjakan 17 pupuh. Pada bagian pertama dimulai dengan Dhandhanggula pada halaman 1, kemudian pada gatra pertama [K.2] Kang murahing dunya sih ing akir/ kang amengku samuaning pudya.
Buku ini merupakan transliterasi manuskrip Serat Swaraning Asonya (Tahap 1) yang rencananya akan diselesaikan pada tahap berikutnya.
Awal teks Babad Serat Ajisaka (Tahap I) ini awal teksnya adalah Dhandhanggula (1) Rarasing tyas sinawung mamanis, dennya nedhak babad Tanah Jawa, wryanta tetep sedyane, yasa pepenget amung, dan seterusnya.
Transliterasi Serat Kawi Dasanama ini berisi hasil transliterasi dari manuskrip 'Serat Dasanama'yang ditulis oleh keluarga keraton Yogyakarta yang berisi tentang kosakata Kawi yang diterjemahkan ke kosakata Jawa baru.
Serat Nitik ingkang Sinuwun Kangjeng Sultan Agung ing Mataram ini, awal teksnya: Pupuh ke-1 Dhandhanggula, (hlm.1) //Rarasing reh mamayu mamanis/denirarsa mengeti carita/mashur ngemba sarjaane/...dan seterusnya.
Sang Retno Suyati ini awal cerita menceritakan perjalanan Sang Retno Suyati sampai cerita diakhiri dengan kedudukan prameswari di negeri Yunani.
Babad Majapahitglobalnya berisi cerita yang berawal dari putra Raja Majapahit Prabu Brawijaya yang bernama Kencanawungu dilamar beberapa pria namun belum ada yang diterima. Sepeninggal ayahandanya, Kencanawungu diangkat menjadi raja wanita di Majalengka dengan gelar Ratu Mas Dyah Kencanawungu. Cerita berakhir dengan kemakmuran, keamanan dan tentramnya negara Majapahit.